
Bila Anda mencermati berita-berita seputar teknologi belakangan ini, Anda pasti sering mendengar istilah disruptive technologies. (Istilah disruptive technologies dan disruptive innovations memiliki pengertian yang sama). Sebenarnya apa yang dimaksud dengan disruptive technologies? Dan kenapa hal tersebut penting untuk kita ketahui?
Untuk menjadi disruptive technologies, dibutuhkan beberapa persyaratan. Pertama, teknologi baru tersebut tidak berkembang secara linier dari teknologi sebelumnya. Sebagai contoh, bila Intel mengembangkan teknologi microprocessor dari arsitektur x86 ke Pentium, maka inovasi tersebut dianggap sebagai sustaining technologies karena perkembangan tersebut mengikuti alur linier yang sudah bisa diperkirakan sebelumnya.
Syarat kedua adalah teknologi tersebut memanfaatkan peluang pasar yang muncul pada saat teknologi lama sudah terlalu canggih dan kompleks buat sebagian pelanggan. Pelanggani tersebut mengharapkan solusi yang lebih sederhana dengan biaya yang lebih murah. Di sinilah disruptive technologies masuk untuk memenuhi keinginan tersebut.
Syarat ketiga berkaitan dengan syarat kedua, yaitu: teknologi yang dihasilkan bukanlah teknologi yang lebih canggih. Justru disruptive technologies sering berupa teknologi yang lebih inferior dalam fungsionalitas, bila dibandingkan dengan produk lama yang sejenis. Sebuah mikroprosesor yang mampu menjalankan fungsi superkomputer tidaklah bisa dianggap sebagai disruptive technologies, tetapi sebuah mikroprosesor yang hanya mampu menjalankan fungsi-fungsi yang lebih sederhana justru berpotensi menjadi disruptive technologies. Inferioritas tersebut tentu saja jangan dipandang enteng, karena setelah berhasil di pasar awal, perusahaan yang memperkenalkan disruptive technologies tersebut umumnya akan terus menerus menyempurnakan produknya sehingga perlahan-lahan kinerjanya bisa mendekati fungsionalitas produk lama dengan harga yang lebih rendah.
Karena sifatnya yang menyasar segmen yang relatif lebih rendah, perusahaan yang memperkenalkan disruptive technologies relatif aman dari incaran pemain lama yang lebih suka mengembangkan produk mereka untuk menggapai pasar yang lebih menguntungkan (yang umumnya terletak di atas). Karena itu, para inovator ini memiliki keleluasaan bergerak yang cukup besar.
Sifat-sifat tersebut juga menjadikan perusahaan besar yang sudah mapan jarang bersedia mengeluarkan disruptive technologies karena dua alasan. Selain karena kecilnya potensi pasar awal, teknologi disruptif ini tidak selaras dengan strategi perusahaan yang lebih mementingkan kebutuhan pelanggan mereka yang paling menguntungkan, yang selalu menuntut produk yang lebih canggih. Karena itu, disruptive technologies lebih sering lahir dari inovator baru, dan bukan dari perusahaan-perusahaan yang sudah mapan.
Salah satu teknologi baru yang disebut-sebut sebagai disruptive technologies adalah layanan web services. Lewat layanan ini, aplikasi-aplikasi komputer tidak lagi disimpan di hard drive komputer, tetapi di Internet. Perusahaan-perusahaan seperti SalesForce.com dan Google sangat getol bermain di sini, karena mereka sadar, untuk bersaing dengan Oracle atau Microsoft di sustaining technologies adalah hal yang mustahil. Perusahaan-perusahaan lama tersebut sudah menciptakan hambatan yang besar bagi perusahaan-perusahaan baru untuk bermain di sustaining technologies.
Sementara itu, ranah web services sangat menjanjikan karena pemain-pemain lama tidak bisa sepenuh hati berfokus di sana karena model bisnis mereka sudah dirancang sedemikian rupa untuk beroperasi secara efektif dan efisien di sustaining technologies. Upaya membongkar model bisnis lama untuk sesuatu hal baru yang belum jelas masa depannya bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan begitu saja. (Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan perusahaan lama, misalnya dengan membentuk anak perusahaan terpisah khusus untuk disruptive technologies, menggunakan strategic options, atau melakukan akuisisi terhadap perusahaan baru. Tapi dalam prakteknya, strategi tersebut tidak selalu memberi hasil yang diharapkan.)
Memang saat ini, fitur-fitur yang ditawarkan di beberapa produk berbasis web services seperti Writely atau Google Spreadsheets belum bisa menyaingi fitur-fitur software Microsoft Word atau Excel. Aspek keamanan data di Internet juga menjadi salah satu alasan mengapa layanan web services kurang diminati kalangan korporasi. Akan tetapi, hal tersebut jangan dijadikan patokan untuk perkembangan di kemudian hari. Umumnya, perkembangan disruptive technologies akan jauh lebih cepat dibanding sustaining technologies yang sudah hampir mencapai titik puncaknya. Cepat atau lambat, garis perkembangan disruptive technologies akan menyalib sustaining technologies (atau setidaknya mendekati). Pada saat itu, barulah perusahaan-perusahaan yang sudah mapan dengan mempertahankan sustaining technologies akan kesulitan menghadapi dilema: apakah harus tetap mempertahankan produk lamanya atau pindah ke produk baru?
Pola ini sudah terjadi beberapa kali sebelumnya seperti pada kasus PC (disruptive) versus minicomputer (sustaining), mesin fotocopy kecil (disruptive) versus mesin fotocopy besar keluaran Xerox (sustaining), MP3 dan iTunes (disruptive) versus CD (sustaining), atau printer ink-jet (disruptive) versus printer laser-jet (sustaining).
Selain web services, beberapa teknologi TI yang juga dianggap berpotensi menjadi disruptive technologies adalah flash memory dan teknologi wireless VoIP yang diperkenalkan oleh Skype. Pemakai Skype, misalnya, selama ini harus memakai komputer untuk melakukan percakapan lewat VoIP. Di sini, Skype belum menunjukkan ancaman serius terhadap para operator mobile phone. Namun baru-baru ini Skype mengumumkan sudah menguji coba layanannya tanpa melalui PC. Dengan memanfaatkan banyaknya hotspots untuk wireless Internet belakangan ini, Skype telah mengembangkan handset yang bisa langsung dipakai tanpa harus menyalakan komputer. Sampai di sini, para pemain lama mungkin masih belum melihatnya sebagai ancaman karena area jangkau hotspots masih terbatas di kota-kota besar di negara maju. Tapi bila dalam beberapa tahun ke depan, perkembangan wireless Internet mampu mencapai massa kritikal, ceritanya bisa berbeda.
Contoh lain adalah situs web YouTube yang memungkinkan para pengguna Internet untuk meng-upload video rekaman mereka sendiri. Para pemakai juga bisa menyusun acara sendiri dari koleksi video yang telah dikumpulkan YouTube. Apakah situs web ini akan menjadi ancaman untuk studio televisi konvensional? Kita belum bisa menjawab saat ini, namun potensinya pasti ada. Lalu ada juga situs web Spot Runner, yang menyediakan koleksi video clips untuk iklan TV yang bisa dipilih dan dikostumisasi oleh pelanggan untuk menghasilkan iklan TV dengan biaya murah, walau dengan kualitas yang lebih rendah. Fonality juga mengembangkan software open source yang mampu merubah PC menjadi mesin PBX. Banyak contoh lain lagi yang tidak bisa dituliskan satu per satu di sini.
Untuk para pelaku bisnis, terutama di bidang teknologi, kemampuan mencium kedatangan disruptive technologies merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan pada jaman ini. Pada abad sebelumnya, waktu yang dibutuhkan oleh disruptive technologies untuk mendekati kinerja sustaining technologies bisa mencapai 5-10 tahun, namun sekarang ini waktu tersebut sudah menciut menjadi 1-3 tahun saja. Keberhasilan atau kegagalan mengantisipasi kedatangan disruptive technologies bisa berarti keberhasilan atau kegagalan perusahaan Anda juga.
Sumber : (http://itpin.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar