
Mungkin Anda pernah tahu tentang model Ansoft. Model ini memetakan empat kuadran antara produk (product) dengan pasar (market).Produk dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni produk eksisting (current product). Begitu halnya dengan pasar, kitapun bisa membaginya menjadi dua kategori yaitu pasar eksisting (current market) dan pasar baru (new market).
Perpotongan antara current product dengan current market menghasilkan kuadran pertama yang biasa disebut strategi penetrasi pasar. Sedangkan persilangan antara new produk dengan new market menghasilkan kuadran keempat yang dikenal sebagai strategi defersifikasi. Kuadran kedua dan ketiga adalah strategi pengembangan pasar dan strategi pengembangan produk. Dari strategi yang ada dalam model Ansoft, strategi diversifikasilah (kuadran empat) yang paling cocok dan dinamis digunakan dalam mengelola lini suatu produk. Alasannya adalah karena kedua-duanya sama-sama berkembang secara pararel dan sinergi.
Bila Anda memperhatikan dengan cermat, pasar senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, Makassar hanya memiliki beberapa pasar swalayan dan berkumpul pada lokasi tertentu saja. Waktu itu, kita belum mengenal Mall, yang ada hanya departement store dengan ukuran dan varian produk yang relatif terbatas.
Berbeda dengan sekarang, Mall sudah bermunculan dibanyak tempat, begitu pula dengan super store. Pasar modern tersebar diberbagai lokasi dan memberi banyak pilihan kepada konsumen untuk memilih tempat berbelanja.
Ini adalah efek dari ekonomi yang tumbuh dan mendorong lahirnya pasar-pasar yang baru. Di dalam pasar tersebut, terdepat ribuan bahkan jutaan konsumen dengan tingkat heterogenitas yang tinggi. Mereka berbeda dalam banyak hal, mulai dari aspek geografis, demografi, prilaku hingga gaya hidup. Dari sisi geografi, indonesia memiliki banyak wilayah (propinsi, kotamadya dan kabupaten) dengan populasi yang berbeda satu sama lain baik didalam wilayahnya sendiri maupun lintas wilayah. Mereka masing-masing memiliki ciri khas dari segi adat istiadat, budaya, etika, nilai yang dianut hingga soal makanan tradisional.
Keunikan karakter per wilayah geografis ini membuka peluang untuk mengembangkan peoduk tertentu untuk melayani setiap lapisan kelompok yang beragam tersebut. Misalnya masalah makanan khas atau tradisional suatu daerah. Untuk hal yang satu ini hampir semua wilayah di tanah air milikinya bahkan daerah tertentu mempunyai makanan khas lebih dari satu macam. Sebut saja Sulawesi Selatan, di sini kita mengenal Coto Makassar, Sop Konro, Pallu Basa, Pallu Mara, Es Pisang Hijau, Pisang Epe dan beberapa makanan tradisional lainnya.
Lalu apa hubungan antara makanan khas (tradisional) dengan diversifikasi produk? Tentu saja ada hubungannya. Dalam industri consumer goods, siapapun pasti mengenal PT. Indofood Sukses Makmur (ISM) terutama produk noodles-nya. Merek-merek seperti Pop mie, Indomie, Sarimie, Chatzmie, dan lainnya adalah, dari sekian merek yang di miliki ISM, Indomielah yang paling luas lini produknya. Ada indomie rasa ayam bawang, kari ayam, kaldu, bakso, soto, mie goreng dan lain-lain. Sehingga wajar jika merek ini mendominasi pasar noodles Indonesia.
Tetapi banyaknya lini produk eksisting maupun tingginya pangsa pasar Indomie tidak membuat manajement ISM happy dan berhenti berinovasi untuk terus menelorkan varian baru Indomie. Mereka mencoba untuk mengadopsi selera lokal melalui makanan khas atau tadisional yang ada di berbagai propinsi di Indonesia. Dengan melakukan riset yang intensif dan penyesuaian-penyesuain tertentu, akhirnya Indofood meluncurkan Indomie Selera Nusantara. Varian ini menawarkan berbagai rasa masakan khas Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Di makassar Anda dapat menemukan beberapa di antaranya seperti Indomie rasa Coto Makassar, Sop Konro, Rendang dan Soto Banjar. Selain di jual eceran, ISM juga menyediakan dalam bentuk paket dengan isi kurang lebih 40 macam rasa. Untuk memperkuat citra selera nusantara tersebut, kemasan paketnya tidak saja mencantumkan jenis rasa yang dimiliki tetapi juga memasang gambar kepulauan Indonesia sebagai simbol produk yang bernuansa mutiara lintas budaya nusantara.
Diversifikasi Indomie di atas kelihatannya sesuatu yang relatif sederhana, hanya sekedar menggabungkan produk eksisting dengan resep masakan daerah tertentu. Namun di balik kesederhanaan itu tersimpan sejumlah potensi yang mendatangkan keuntungan baru bagi Indomie.
Pertama, memperkuat lini produk terdahulu, Indomie Selera Nusantara akan mengisi segmen pasar yang selama ini kosong dan belum digarap oleh pesaing maupun Indofood sendiri. Dengan kata lain, meningkatkan entry barier bagi pesaing ataupun pendatang baru yang akan mencoba menyerang Indomie. Pada konteks ini, ia bisa berperan sebagai fighting brand bagi lini Indomie terdahulu.
Kedua, memberi signal positif ke pasar bahwa indomie adalah produk yang inovatif dan mampu memahami selera konsumen. Artinya ISM sangat konsen mengembangkan produk yang dikustemisasi menurut selera lokal, variatif dan sesuai dengan lidah orang Indonesia secara menyeluruh.
Ketiga, membangun diferensiasi ditengah ketatnya persaingan. Dalam kondisis persaingan tinggi, produk yang tidak memiliki diferensiasi akan tampak seperi komoditi yang sulit dibedakan dengan produk lainnya. Akibatnya konsumen cenderung menilai produk hanya dari sisi harganya saja, siapa yang murah akan lebih laku dibanding yang mahal.
Keempat, menciptakan emosional relation antara produk dengan konsumen. Dengan mengadopsi makanan khas daerah / etnis tertentu akan mendorong timbulnya ikatan bathin anatar produk tersebut dengan daerah atau etnis yang bersangkutan.
Dalam ilmu marketing, konsumen yang memiliki nilai emosional dengan suatu produk relatif tidak peka terhadap harga. Mereka rela membayar harga yang lebih mahal untuk memperoleh hasrat emosionalnya dibanding benefit nyata produk terkait. Disinilah bedanya ilmu marketing dengan ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi membuat konsumen rasional tetapi ilmu marketing mampu memenangkan sisi emosional konsumen. Sesuatu yang sederhana ternyata tidak meluluh bernilai rendah. Buktinya, dengan modifikasi dan kombinasi yang tepat, Indofood mampu membangun diversifikasi Indomie dalam 40 rasa masakan selera nusantara dengan nilai ekonomi yang luar biasa.
Diversifikasi tersebut, bukan sekedar memperluas lini produk, tetapai sekaligus menciptakan diferensiasi bagi Indomie dan mengangkatnya keluar dari kelompok komoditi dalam industri noodles. Ini adalah sebuah benchmark yang baik untuk industri lainnya, agar senantiasa berusaha memanfaatkan selera lokal dan pertumbuhan ekonomi dalam kawasan tertentu. Sukses untuk produk Anda, Salam Pemasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar