Kamis, 10 September 2009

KALA COMPAQ MEMPERDAYA IBM


Cerita mengenai IBM di tahun 1980 yang menggandeng Intel dan Microsoft untuk menghasilkan PC tentu bukan cerita baru lagi. Semua orang hampir pernah mendengar cerita tersebut. IBM sering disalahkan karena tidak bisa melihat pentingnya mikroprosesor dan sistem operasi yang mengakibatkan kepemimpinan sistem PC IBM diserahkan kepada duo Intel-Microsoft. Tetapi kita jarang mendengar bagaimana perusahaan komputer Compaq sebenarnya memegang andil besar dalam membantu Intel dan Microsoft mencapai status seperti sekarang ini.

Ketika IBM memberikan kesempatan kepada Intel dan Microsoft untuk mengembangkan mikroprosesor dan sistem operasi untuk PC-nya, IBM cukup percaya diri mereka masih memegang kendali atas sistem PC secara keseluruhan. Kepercayaan diri tersebut didukung oleh kode komputer yang dikembangkan sendiri oleh IBM yang menghubungkan software dan hardware komputer. Kode yang dikenal dengan nama Basic Input/Output System (BIOS) bertindak sebagai jembatan antara sistem operasi yang ditulis oleh Microsoft dengan mikroprosesor yang dibuat oleh Intel dan peralatan lainnya. Dengan menguasai jembatan tersebut, posisi IBM cukup aman, apalagi BIOS ini juga dilindungi oleh copyright. Sebagai tambahan, IBM sendiri dikenal sebagai perusahaan yang tidak main-main dalam memperjuangkan hak hukum mereka. Para kompetitor masa lalu yang berusaha bermain-main dengan IBM di jalur hukum harus berhadapan dengan para pengacara IBM yang tidak kenal ampun. Karena itu, IBM tenang-tenang saja.

Namun ternyata Si Raksasa Biru bisa juga salah hitung. Copyright memang melindungi kode-kode program yang ditulis oleh IBM, tetapi bukan fungsi-fungsi yang dilakukannya. Sebagai contoh, katakanlah ada sebuah fungsi yang mengubah input angka '1 menjadi output 'cetak baris ini printer'. Kode-kode spesifik untuk mengolah angka '1 tersebut sehingga printer bisa mencetak sebuah baris memang dilindungi hak cipta, tetapi hak cipta tidak bisa berbicara apa-apa bila ada programmer lain yang berhasil menulis kode-kode yang berbeda yang menerima input dan menghasilkan output yang persis sama.

Lubang inilah yang dimanfaatkan secara cerdik oleh Compaq. Dalam waktu beberapa bulan setelah IBM meluncurkan PC-nya, Compaq mampu mengidentifikasikan semua fungsi-fungsi yang dijalankan oleh BIOS IBM termasuk input dan output yang diperlukan untuk masing-masing fungsi. Daftar fungsi-fungsi kemudian diserahkan ke sebuah kelompok programmer yang tidak tahu menahu tentang BIOS dan mereka diminta menulis kode-kode baru untuk menjalankan fungsi-fungsi yang sama. Ketika kelompok ini berhasil menghasilkan fungsi-fungsi yang sama dengan fungsi-fungsi BIOS-nya IBM, Compaq segera meluncurkan produk PC IBM-compatible. Tiruan-tiruan lainnya segera bermunculan kemudian. Berkat Compaq, benteng IBM runtuh. Sementara itu, produk Microsoft dan Intel yang lebih sulit ditiru mengambil alih peran sentral yang dijalankan sebelumnya oleh IBM. The rest is history.

Perlindungan hak cipta dan paten memang harus menjadi bagian penting dari strategi inovasi. Perlindungan semacam itu memberikan insentif bagi para inovator karena perlindungan tersebut mampu memberikan keuntungan ekonomis yang lebih besar buat pencipta bila hasil ciptaannya berhasil dikomersilkan. Akan tetapi seperti pada kasus di atas, benteng perlindungan seperti itu bisa dilewati dengan jalan memutar. Industri teknologi informasi bukan satu-satunya industri di mana hal itu bisa dilakukan. Di industri lainnya seperti farmasi, paten memang melindungi molekul-molekul yang dihasilkan. Dalam beberapa kasus, kompetitor bisa merubah satu molekul saja tanpa merubah khasiat obat dan terhindar dari jebakan hak paten.

Perlindungan hak atas inovasi tentu harus dilakukan, tetapi perusahaan jangan terlalu tergantung pada perlindungan semacam itu. Perusahaan malah harus berasumsi produk secanggih apapun pasti akan ditiru, dan di jaman ini, peniruan akan terjadi dengan lebih cepat. Strategi perlindungan hukum harus dibarengi dengan strategi lainnya seperti upaya pemasaran agar produk tersebut bisa diterima pasar dengan cepat sebelum para imitator masuk dan membangun brand image seperti yang dilakukan oleh iPod. Perusahaan juga bisa menyusun strategi portofolio pengembangan produk baru yang bisa membantu peluncuran produk-produk baru dan derivatif secara terus menerus sehingga sulit diikuti oleh para imitator seperti yang dilakukan oleh Sony dengan produk Walkman-nya. Dan yang paling penting tentu saja berupaya membangun kapabilitas sebagai perusahaan yang mampu berinovasi secara terus menerus seperti Toyota, P&G, atau 3M.

Sumber : (http://itpin.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar