
Dalam konsep New Wave Marketing yang diusung oleh Markplus, pasar dibagi menjadi 3 segmen yaitu Youth, Netizen dan Women. Segmen Youth atau pemuda berada pada rentang usia 14 – 30 tahun, sementara segmen remaja sedikit lebih muda dengan usia sekitar 11 – 18 tahun. Selang usia antara youth dengan remaja saling beririsan atau dengan kata lain remaja adalah bagian dari youth. Dengan demikian, maka karakteristik keduanya relatif sama, khususnya jika berhubungan dengan prilaku narsis. Pada kelompok remaja, sikap narsis cenderung bersifat alami dan mendorong remaja ingin selalu tampil dan eksis diberbagai media dan kesempatan baik sebagai individu maupun kelompok yang dominan dalam komunitas mereka maupun masyarakat umum. Sifat narsis dan semangat dominan menyebabkan pola kehidupan remaja sangat dinamis, cepat berubah dan gampang bosan. Karena itu tidak heran jika remaja rajin memburu produk-produk fashion, aksesories dan teknologi terbaru agar tetap tampil pede, modis dan menarik. Demi untuk menarik (khususnya lawan jenis), remaja kadang rela berkorban dan mengubah total penampilannya.
Pasar remaja memiliki populasi yang cukup besar, untuk skala nasional jumlahnya sekitar 63 juta jiwa sedangkan level kota Makassar kira-kira sebanyak 225 ribu orang. Dengan profil di atas dan ukuran yang signifikan, pemasar perlu menggarap pasar remaja dengan serius. Ada beberapa alasan mengapa pasar remaja patut diseriusi, yaitu :
Remaja adalah pasar masa depan, menggarap segmen remaja mendatangkan dua keuntungan sekaligus, yakni masa kini dan waktu yang akan datang. Dengan melayani dan memenangi pasar remaja maka perusahaan memperoleh cashfolw untuk tumbuh dan terus berkembang. Hubungan yang terjalin dengan konsumen sejak remaja memungkinkan lahirnya keintiman (intimacy) antara merek dengan konsumen, sehingga membuka peluang untuk inovasi produk baru bagi mereka di usia dewasa / tua maupun menjadikan mereka sebagai pereferensi merek untuk keluarganya kelak. Agar sukses mengelola pasar remaja, perusahaan perlu beberapa tips : Pertama, tingkatkan komunikasi dua arah antara merek dan remaja baik offline maupun online sehingga mudah mengakses dan men-share merek tersebut ke komunitas mereka. Tonjolkan kualitas sebagai atribut utama merek disamping atribut lainnya seperti inovatif, mudah digunakan, fun / exciting, stylish dan affordable. Kedua, ciptakan hubungan emosional melalui isu-isu sosial yang menarik bagi mereka dan buat event-event seputar dunia remaja dengan melibatkan mereka sebagai peserta dan organizer. Ketiga, perkuat flatform online dan mobile marketing. Remaja identik dengan narsis dan wahana yang gampang untuk memfasilitasi sikap narsisme adalah social media. Karena itu, merek harus terhubung terus dengan Facebook, Twitter, Youtube maupun aplikasi sejenis lainnya.
Remaja adalah influencer, umumnya remaja dewasa ini mempunyai banyak pengetahuan yang terkait dengan produk dan merek. Informasi tersebut bisa mereka peroleh dari berbagai sumber seperti google dan sosial media maupun teman-teman sepergaulannya. Sebagian besar orang tua sibuk bekerja dan tidak memiliki cukup waktu mencari informasi sehingga keputusan pembelian barang atau jasa didasarkan atas saran dan masukan dari anak-anak remaja mereka.
Remaja adalah trendsetter, mode dan remaja ibarat sekeping mata uang yang sulit dipisahkan terutama remaja putri. Remaja sangat aktif meng-update dirinya dengan trend produk terbaru khususnya yang mendukung penampilan mereka seperti telepon seluler, gadget, aksesories, fashion, netbook / tablet bahkan otomotif. Dalam kalangan mereka, terjadi rivalitas untuk tampil paling keren dan menarik. Sosok yang memenangkan rivalitas tersebut menjadi ikon dan trendsetter bagi komunitasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar