Jumat, 04 Januari 2013

PRIDE MARKETING (Bagian 2)

Salah satu alat kompetisi perusahaan global adalah brand. Kekuatan market capitalization Coca Cola, Google, Microsoft, IBM, Nike dan lain-lain bukan karena physical asset-nya yang besar melainkan market value dari brand yang mereka miliki, tanpa brand tersebut they are nothing. So, di era kompetisi jangan pernah memandang sebelah mata terhadap brand dan mengelola dia ala kadarnya. Langkah DKI, Yogya, Solo, Malang, Surabaya dan sebagainya melakukan city branding merupakan pilihan yang tepat dalam memasarkan daerahnya. Semua kota besar di Indonesia sebenarnya telah punya nama (nama ≠ merek) dalam bentuk asosiasi tertentu, baik sengaja (by design) maupun alami (by default). Sebagai contoh, Makassar selama ini mempunyai beberapa sebutan : “Kota Daeng”, “Kota Anging Mamiri”, “Gerbang Kawasan Timur Indonesia” dan yang sedang marak di media adalah “kota demo anarkis”. Dengan kondisi banyak asosiasi semacam ini, Makassar semestinya segera melakukan city branding untuk menghindari stigma negatif dan dampak buruk lainnya. Sebagai kota besar dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan lokasi geografis yang hampir tepat berada di tengah-tengah Indonesia menjadikan Makassar sebagai kota dengan posisi paling strategis dibandingkan dengan kota manapun di Indonesia.

Berbekal modal ini, Makassar sesungguhnya sangat mudah melakukan branding, apalagi telah diidentikkan dengan gerbang ekonomi kawasan timur Indonesia. Jadi tinggal menentukan brand promise-nya, mengemas program Integrated Marketing Communication (IMC) yang tepat dan mengkampanyekannya kepada stakeholders – target market. Menurut MarkPlus, target market pemasaran wilayah ada 3. Pertama adalah Masyarakat (penduduk), mereka mendambakan layanan publik dengan kualitas, proses dan standar waktu yang baik. Kedua, Trader, Tourist dan Investor (disingkat TTI) baik lokal, nasional maupun global. Ketiga adalah Talent (SDM berkualitas dan berbakat), Developer (Pengembang) dan Organizer (Event Organizer) selanjutnya disingkat TDO. Memasarkan produk (barang, jasa, area) memerlukan proses penggarapan faktor Content, Context dan Enabler secara serempak dan berkesinambungan. Content berkaitan dengan “what to offer”, atau apa yang ada di kota Makassar yang mempunyai nilai jual. Karena jualannya berupa kota maka perlu defenisi dan visualisasi tentang apa saja yang dikategorikan sebagai bagian dari produk yang ditawarkan kepada target market.
Mengacu pada kreteria tersebut, produk kota Makassar dapat dikelompokkan menjadi 7 bagian, yaitu : 1. Wisata bahari dengan ikon unggulan Pantai Losari yang terletak ditengah kota sehingga mudah dijangkau dan dapat dinikmati kemegahan / keindahan lautnya siang maupun malam hari. Selain Losari, wisatawan masih memiliki banyak pilihan wisata pantai dengan mengunjungi Tanjung Bayam / Merdeka, Akkarena atau mendatangi pulau-pulau di area selat Makassar seperti Pulau Lae-Lae, Kayangan, Samalona, Kodingareng dan lain-lain. 2. Wisata Budaya dan Sejarah, di dalam kota Makassar terdapat For Rotterdam yang menyimpan berbagai cagar budaya Sulawesi Selatan. Selain itu terdapat pula Benteng Somba Opu yang merupakan simbol perlawanan rakyat terhadap penjajah. Makam pahlawan nasional Pangeran Diponogoro dan Makam tokoh Islam Syech Jusuf juga terletak di dalam kota. Anda dapat berbelanja cindra mata khas Sulawesi selatan dengan berkunjung ke China Town di Jln. Somba Upo sambil belajar sejarah etnik Tionghoa Makassar. 3. Wisata Kuliner tradisional, siapapun yang pernah mengunjungi Makassar akan kehilangan momentum jika tidak menyempatkan diri mencicipi masakan khas Bugis Makassar seperti coto, sop saudara, konro, pallu basa, pallu butung, pisang epe, pisang ijo dan sebagainya. 4. Safari Religi, rakyat Indonesia terkenal religious.
Di kota Makassar, wisatawan dapat melakukan safari religi dengan mendatangi tempat-tempat ibadah masyarakat Makassar seperti Masjid Raya, Islamic center Al-Markaz, Gereja Ketedral Ujung Pandang, Klenten Ibu Agung Bahari dan Pura Giri Natha. 5. Lapangan Karebosi dan Matto Angin, kedua lokasi ini merupakan ikon kota Makassar di bidang olah raga. Keunikan Karebosi ada perpaduan antara sport center dan Mall. Di bawah lapangan Karebossi terdapat Mall Karebossi Link dengan konsep modern dan terhubung dengan pusat elektronik MTC. 6. Lokasi Bisnis, Hunian dan Hiburan kelas dunia. Makassar mempunyai sejumlah pusat bisnis yang sangat representatif di antaranya Panakkukang, Tanjung Bunga dan KIMA (Kawasan Industri Makassar). Tanjung Bunga sendiri sedang berkembang menuju kota mandiri dengan fasilitas yang sangat lengkap, yaitu Trans Studio yang menyerupai Disneyland, Mega Tower, Mall GTC, Celebes Convention Center, Akkarena Resort, Sekolah International Dian Harapan dan hunian eksotik modern sea front dengan puluhan cluster. Di samping hunian Tanjung Bunga, terdapat juga Citra Land dengan konsep Green Living area. 7. Infrastruktur skala Nasional / international. Wajah kota Makassar kini lebih indah dengan kehadiran sejumlah infrastruktur kota yang maju dan modern. Sebut saja Bandara International Sultan Hasanuddin, Pelabuhan Soekarno Hatta, Fly Over Urip Sumoharjo, Graha Pena, Bosowa Tower dan Kalla Tower.
Dalam waktu dekat juga menyusul hadir Hotel sekaligus Apartement, Wimax dengan coverage sekota Makassar, Lapangan Golf Paddy Valley dan sebagainya. Content identik dengan 2P yang pertama dalam konsep Marketing Mix atau product dan Price. Sedangkan context atau “how to offer” lebih merujuk terhadap 2P yang terakhir atau promotion dan place (Distribution). Bisa jadi barang dan harga kita bagus dan murah, sementara barang dan harga pesaing tidak berkualitas dan mahal, tetapi justru konsumen memilih membeli milik kompetitor. Kenapa, ya memang sudah begitu realitanya. Dipasar, “the only real king is perception” itu sebabnya orang communication menganut paham “perceptions is more important then reality”. Makassar selama ini baik-baik saja, memang ada demo yang kadang rusuh, tapi dimana-mana seantero Indonesia juga ada demo yang cenderung anarkis. Tetapi mengapa hanya Makassar yang diasosiasikan sebagai “kota demo yang sering rusuh”? Pada kasus “Cicak vs Buaya”, Komjen Susno Duadji dihujat lebih dari satu juta Facebookers, berselang beberapa waktu kemudian Beliau dipuja puji puluhan juta rakyat Indonesia karena berani mengungkap kasus mafia pajak “Gayus cs”.
Ini fakta kehidupan, sesuatu yang semula zero (nothing) dapat berbalik arah menjadi hero (everything) hanya dalam tempo sekejap. Itulah luar biasanya sinergi context dan content dalam profesi marketing. Makassar sebenarnya punya potensi dan kans menjadi Singapore-nya Indonesia karena posisi geografisnya ditengah-tengah Sabang dan Marauke serta telah dilabeli sebagai gerbang bisnis kawasan timur Indonesia. Makassar minimal memiliki 7 content kota yang hebat dan patut kita sebut sebagai “The Seven Proud of Makassar” dengan berbagai ikon : sejarah / budaya (For Rotterdam), wisata (pantai Losari), olah raga (Karebosi), bisnis (Bandara Sultan Hasanuddin), kuliner (Coto Makassar), Hunian kelas dunia (Tanjung Bunga dan Citraland) dan Religi (Masjid Al-Markaz). “So, what gitu lo”? Makassar ibarat seorang “Bidadari : multi talenta, cantik, indah, gemulai nan sexy”, tetapi dunia luar belum mengenalnya secara proporsional, justru khalayak nusantara memahaminya sebagai sosok buruk yang menakutkan “rusuh, anarkis, kasar, rawan kejahatan dan semrawut”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar