Selasa, 15 Januari 2013

BUSINESS OUTLOOK SULSEL 2013


“The sky’s too bright, whatever your business plan, just do it”.
Indikator makro ekonomi Sulawesi Selatan memasuki tahun 2013
sangat cerah, ini merupakan prasyarat yang baik bagi dunia
usaha untuk takeoff, grow up  and sustain.

Secara umum kondisi ekonomi dunia di tahun 2013 masih diwarnai oleh ketidakpastian, hal ini terjadi karena belum adanya solusi yang memadai dalam kemelut utang zona Eropa khususnya yang melanda negara-negara seperti Yunani, Portugal, Spanyol, Italia dan Irlandia. Sementara Amerika Serikat masih akan sibuk berkutat dengan masalah ekonomi dalam negerinya sendiri dan menghadapi pilihan yang sulit antara memaksimalkan penerimaan pajak dan meningkatkan konsumsi domestik. Kawasan Asia, cenderung lebih cerah karena didorong oleh pemulihan ekonomi China dan pertumbuhan konsumsi privat di regional Asia Tenggara.
Bercermin dari situasi ini, tentu perekonomian Indonesia akan terpengaruh langsung maupun tidak langsung, dampak langsung yang sudah kelihatan adalah melambatnya permintaan produk komoditas ekspor dengan tujuan pasar Eropa dan Amerika. Sedangkan konsekuensi yang akan terasa secara tidak langsung adalah penurunan volume produksi beberapa sektor industri yang mengakibatkan berkurangnya lapangan kerja dan kemungkinan terjadinya PHK.

Walaupun suhu ekonomi global dan nasional mengalami konstraksi, beberapa provinsi di Indonesia masih memiliki peluang untuk menikmati pertumbuhan, salah satunya adalah provinsi Sulawesi Selatan. Dalam diskusi akhir tahun yang diselenggarakan oleh STIE Nobel Indonesia Makassar bekerja sama dengan kantor perwakilan Bank Indonesia, empat panelis yang hadir yaitu Dr. Muh. Syarkawi Rauf (Ekonom Unhas), Yaksan Hamzah (Asisten II Pemprov Sul-Sel), Mahmud, SE, MM (Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah I Sulampapua) dan Drs. La Tunreng, MM (Ketua Apindo Sul-Sel) menyepakati bahwa perekonomian Sul-Sel di tahun 2013 cukup baik dan prosfektif. Dr. Syarkawi menyebut bahwa ekonomi Sul-Sel akan tumbuh sekitar 8,0% (sedikit lebih rendah dari perkiraan realisasi 2012 sebesar 8,25%) dalam tahun 2013, sedangkan perwakilan BI memperkirakan pertumbuhannya berada pada level 7,5% hingga 8,5%.
Beberapa sektor industri yang menarik bagi pebisnis dan potensial menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi adalah :
Konsumsi Rumah Tangga (growth 7,15%), dengan jumlah penduduk sekitar 8,1 juta jiwa tentu merupakan pasar yang menggiurkan bagi berbagai produsen komoditas khususnya industri pangan, sandang dan papan. Melemahnya pasar ekspor sepatutnya menjadi momentum bagi pebisnis untuk lebih konsen menggarap konsumen lokal / daerah.
Investasi (growth 12,0%), pemerintah perlu mendorong gairah sektor swasta untuk meningkatkan volume investasi di wilayah ini baik pengusaha lokal, nasional dan asing melalui perbaikan infrastruktur, pemberian insentif tertentu dan debirokratisasi perizinan usaha . Pada saat yang sama, seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) harus memiliki sikap dan persepsi yang pro investasi dengan menjadi tuan rumah yang baik dan ramah bagi investor.
Pertambangan (growth 12,25%), daerah ini memiliki sejumlah bahan tambang seperti Nikel, Marmer, Batu bara, tanah liat, bebatuan dan pasir timbunan. Sinergi antara pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota perlu terus ditingkatkan agar potensi dan kontribusinya lebih optimal pada tahun 2013.
Konstruksi (growth 10,75%), perkembangan sektor ini cukup signifikan dari tahun ke tahun, khususnya bidang properti (perumahan, hotel, kantor dan pertokoan). Peran pemerintah cukup penting dalam menggairahkan sektor konstruksi terutama yang terkait dengan infrastruktur dan fasilitas publik seperti jalan, jembatan, sarana pendidikan dan kesehatan.
Listrik, Gas dan Air bersih (growth 8,25%), beberapa tahun terakhir sektor swasta mulai aktif terlibat dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik di daerah kabupaten (PLTU Jeneponto) sehingga mampu menambah ketersediaan energi listrik, begitu pula dengan suplai gas dan air bersih.
Perdagangan, Hotel dan Restoran (growth 13,75%), ini adalah salah satu sektor paling dinamis di Sulawesi Selatan, khususnya di kota Makassar. Hampir seluruh penjuru kota tampak hotel dan restoran baru dalam berbagai jenis dan ukuran. Antusiasme pengusaha perdagangan, hotel dan restoran harus mendapat dukungan semua pihak, sehingga tetap jadi kontributor pertumbuhan bisnis dalam tahun 2013.
Transportasi dan komunikasi (growth 15,75%), transportasi darat, laut dan udara memerlukan keterpaduan sikap dan langkah antara pemerintah dan swasta. Aliran barang dan jasa akan tersendat apabila manajemen transportasi buruk. Penambahan sarana jalan, pelabuhan dan bandara masih butuh peningkatan sehingga memerlukan banyak investor lokal baik pemain lama maupun pendatang baru. Pada sektor telekomunikasi, banyak diwarnai oleh munculnya teknologi baru dengan intensitas inovasi yang tinggi, disini butuh enterpreneur yang berbasis kreatifitas dan kolaborasi.
Keuangan dan Jasa Perusahaan (growth 14,5%), perbankan dan sektor jasa keuangan merupakan motor perekonomian. Sepanjang tahun 2012 dan memasuki tahun 2013 kondisi industri keuangan di SulSel cukup sehat sehingga diharapkan bisa mendorong sektor-sektor ekonomi lainnya. Likuiditas bank umumnya baik, kemampuan menyalurkan kredit lebih besar dari tabungan masyarakat.
Konsumsi Pemerintah (growth 4,5%), Pemerintah provinsi dan kota / kabupaten setiap tahun mempunyai anggaran rutin (APBD) untuk berbagai kebutuhan belanja guna menggerakkan roda pemerintahan. Semakin besar porsi belanja modal (barang / jasa) yang dialokasikan oleh pemerintah daerah semakin besar pula dayang dorongnya untuk menggerakkan ekonomi di daerah ini. DAU Pemprov SulSel 2013 sekitar 861 Milyar rupiah, bila 20-30% dari jumlah tersebut peruntukkannya untuk belanja sektor publik dan vendor / supplier-nya pengusaha lokal, tentu dampaknya cukup terasa bagi masyarakat setempat.
Ekspor (9,5% dan Impor (10,0%), selain konsumsi dan investasi swasta, pilar ekonomi lainnya yang potensial memicu pertumbuhan adalah ekspor dan impor. Komponen ekspor beberapa waktu terakhir sedikit melambat karena adanya aturan larangan ekspor oleh pemerintah pusat pada beberapa komoditas tertentu. Dengan kondisi seperti ini, pemerintah daerah dan eksportir perlu bersinergi untuk meningkatkan nilai tambah ekonomis barang-barang / jasa yang berorientasi ekspor dan memperbaiki mata rantai birokrasi yang terkait dengan kegiatan ekspor impor.
Sektor-Sektor Lainnya, beberapa sektor ekonomi yang belum disebut sebelumnya juga menunjukkan indikasi yang baik, misalnya pertanian, industri pengolahan, jasa-jasa masing-masing diestimasi tumbuh 4,25%, 7,25% dan 5%.
Berdasar berbagai indikator ekonomi di atas, tidak salah jika semua pihak terkait (Ekonom, BI, Pemprov dan Apindo) sangat optimis menyambut dan memasuki tahun 2013. Bayangan pertumbuhan di atas 8% dan tekanan inflasi sekitar 4,45% merupakan pra kondisi yang sangat menjanjikan untuk melakukan berbagai aktifitas bisnis di Sulawesi Selatan.
Dibalik optimisme tersebut, masih ada sedikit pekerjaan rumah bagi semua warga SulSel, khususnya Pemerintah. Yakni peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, energi, kantong-kantong produksi, penataan kawasan ekonomi terpadu (KIMA) dan pengembangan sistem supply chain industry yang integratif. Aspek lain yang perlu mendapat perhatian adalah sumber daya manusia (SDM), karena faktor ini merupakan elemen kunci. Bagaimanapun juga “Man behind the gun” sangat menentukan proses dan output dari seluruh mesin ekonomi yang ada. Hal berikutnya adalah waspadai juga pengaruh kebijakan ekonomi nasional khususnya terkait dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL), penyesuaian harga Elpiji dan kemungkinan naiknya harga BBM. Faktor terakhir namun tak kalah pentingnya adalah kemampuan menjaga stabilitas keamanan dan politik, khususnya terkait dengan Pemilihan Gubernur SulSel Januari 2013. Jika keamanan dan politik chaos, semua asumsi makro bisa berubah dan melorot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar