“The sky’s too bright, whatever your business plan, just do it”.
Indikator makro ekonomi Sulawesi Selatan memasuki tahun 2013
sangat cerah, ini merupakan prasyarat yang baik bagi dunia
usaha untuk takeoff, grow up and
sustain.
Secara umum kondisi ekonomi dunia
di tahun 2013 masih diwarnai oleh ketidakpastian, hal ini terjadi karena belum
adanya solusi yang memadai dalam kemelut utang zona Eropa khususnya yang
melanda negara-negara seperti Yunani, Portugal, Spanyol, Italia dan Irlandia.
Sementara Amerika Serikat masih akan sibuk berkutat dengan masalah ekonomi
dalam negerinya sendiri dan menghadapi pilihan yang sulit antara memaksimalkan
penerimaan pajak dan meningkatkan konsumsi domestik. Kawasan Asia, cenderung
lebih cerah karena didorong oleh pemulihan ekonomi China dan pertumbuhan
konsumsi privat di regional Asia Tenggara.
Bercermin dari situasi ini,
tentu perekonomian Indonesia akan terpengaruh langsung maupun tidak langsung, dampak
langsung yang sudah kelihatan adalah melambatnya permintaan produk komoditas
ekspor dengan tujuan pasar Eropa dan Amerika. Sedangkan konsekuensi yang akan
terasa secara tidak langsung adalah penurunan volume produksi beberapa sektor
industri yang mengakibatkan berkurangnya lapangan kerja dan kemungkinan
terjadinya PHK.
Walaupun suhu ekonomi global
dan nasional mengalami konstraksi, beberapa provinsi di Indonesia masih
memiliki peluang untuk menikmati pertumbuhan, salah satunya adalah provinsi Sulawesi
Selatan. Dalam diskusi akhir tahun yang diselenggarakan oleh STIE Nobel
Indonesia Makassar bekerja sama dengan kantor perwakilan Bank Indonesia, empat
panelis yang hadir yaitu Dr. Muh. Syarkawi Rauf (Ekonom Unhas), Yaksan Hamzah
(Asisten II Pemprov Sul-Sel), Mahmud, SE, MM (Kepala Kantor Perwakilan BI
Wilayah I Sulampapua) dan Drs. La Tunreng, MM (Ketua Apindo Sul-Sel)
menyepakati bahwa perekonomian Sul-Sel di tahun 2013 cukup baik dan prosfektif.
Dr. Syarkawi menyebut bahwa ekonomi Sul-Sel akan tumbuh sekitar 8,0% (sedikit
lebih rendah dari perkiraan realisasi 2012 sebesar 8,25%) dalam tahun 2013,
sedangkan perwakilan BI memperkirakan pertumbuhannya berada pada level 7,5%
hingga 8,5%.
Beberapa sektor industri yang
menarik bagi pebisnis dan potensial menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi adalah :
Konsumsi Rumah Tangga (growth
7,15%), dengan jumlah penduduk sekitar 8,1 juta jiwa tentu
merupakan pasar yang menggiurkan bagi berbagai produsen komoditas khususnya
industri pangan, sandang dan papan. Melemahnya pasar ekspor sepatutnya menjadi
momentum bagi pebisnis untuk lebih konsen menggarap konsumen lokal / daerah.
Investasi (growth 12,0%),
pemerintah perlu mendorong gairah sektor swasta untuk meningkatkan volume
investasi di wilayah ini baik pengusaha lokal, nasional dan asing melalui
perbaikan infrastruktur, pemberian insentif tertentu dan debirokratisasi
perizinan usaha . Pada saat yang sama, seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) harus memiliki sikap dan persepsi yang pro investasi dengan menjadi
tuan rumah yang baik dan ramah bagi investor.
Pertambangan (growth 12,25%), daerah
ini memiliki sejumlah bahan tambang seperti Nikel, Marmer, Batu bara, tanah
liat, bebatuan dan pasir timbunan. Sinergi antara pemerintah Provinsi dan
Kabupaten / Kota perlu terus ditingkatkan agar potensi dan kontribusinya lebih
optimal pada tahun 2013.
Konstruksi (growth 10,75%),
perkembangan sektor ini cukup signifikan dari tahun ke tahun, khususnya bidang
properti (perumahan, hotel, kantor dan pertokoan). Peran pemerintah cukup
penting dalam menggairahkan sektor konstruksi terutama yang terkait dengan
infrastruktur dan fasilitas publik seperti jalan, jembatan, sarana pendidikan
dan kesehatan.
Listrik, Gas dan Air bersih
(growth 8,25%), beberapa tahun terakhir sektor swasta mulai aktif
terlibat dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik di daerah kabupaten (PLTU
Jeneponto) sehingga mampu menambah ketersediaan energi listrik, begitu pula dengan
suplai gas dan air bersih.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
(growth 13,75%), ini adalah salah satu sektor paling dinamis di Sulawesi
Selatan, khususnya di kota Makassar. Hampir seluruh penjuru kota tampak hotel
dan restoran baru dalam berbagai jenis dan ukuran. Antusiasme pengusaha
perdagangan, hotel dan restoran harus mendapat dukungan semua pihak, sehingga
tetap jadi kontributor pertumbuhan bisnis dalam tahun 2013.
Transportasi dan komunikasi
(growth 15,75%), transportasi darat, laut dan udara memerlukan
keterpaduan sikap dan langkah antara pemerintah dan swasta. Aliran barang dan
jasa akan tersendat apabila manajemen transportasi buruk. Penambahan sarana
jalan, pelabuhan dan bandara masih butuh peningkatan sehingga memerlukan banyak
investor lokal baik pemain lama maupun pendatang baru. Pada sektor
telekomunikasi, banyak diwarnai oleh munculnya teknologi baru dengan intensitas
inovasi yang tinggi, disini butuh enterpreneur yang berbasis kreatifitas dan
kolaborasi.
Keuangan dan Jasa Perusahaan (growth
14,5%), perbankan dan sektor jasa keuangan merupakan motor
perekonomian. Sepanjang tahun 2012 dan memasuki tahun 2013 kondisi industri
keuangan di SulSel cukup sehat sehingga diharapkan bisa mendorong sektor-sektor
ekonomi lainnya. Likuiditas bank umumnya baik, kemampuan menyalurkan kredit
lebih besar dari tabungan masyarakat.
Konsumsi Pemerintah (growth
4,5%), Pemerintah provinsi dan kota / kabupaten setiap tahun
mempunyai anggaran rutin (APBD) untuk berbagai kebutuhan belanja guna
menggerakkan roda pemerintahan. Semakin besar porsi belanja modal (barang /
jasa) yang dialokasikan oleh pemerintah daerah semakin besar pula dayang
dorongnya untuk menggerakkan ekonomi di daerah ini. DAU Pemprov SulSel 2013
sekitar 861 Milyar rupiah, bila 20-30% dari jumlah tersebut peruntukkannya
untuk belanja sektor publik dan vendor / supplier-nya pengusaha lokal, tentu
dampaknya cukup terasa bagi masyarakat setempat.
Ekspor (9,5% dan Impor (10,0%), selain
konsumsi dan investasi swasta, pilar ekonomi lainnya yang potensial memicu
pertumbuhan adalah ekspor dan impor. Komponen ekspor beberapa waktu terakhir
sedikit melambat karena adanya aturan larangan ekspor oleh pemerintah pusat
pada beberapa komoditas tertentu. Dengan kondisi seperti ini, pemerintah daerah
dan eksportir perlu bersinergi untuk meningkatkan nilai tambah ekonomis
barang-barang / jasa yang berorientasi ekspor dan memperbaiki mata rantai
birokrasi yang terkait dengan kegiatan ekspor impor.
Sektor-Sektor Lainnya, beberapa
sektor ekonomi yang belum disebut sebelumnya juga menunjukkan indikasi yang
baik, misalnya pertanian, industri pengolahan, jasa-jasa masing-masing
diestimasi tumbuh 4,25%, 7,25% dan 5%.
Berdasar berbagai indikator
ekonomi di atas, tidak salah jika semua pihak terkait (Ekonom, BI, Pemprov dan
Apindo) sangat optimis menyambut dan memasuki tahun 2013. Bayangan pertumbuhan
di atas 8% dan tekanan inflasi sekitar 4,45% merupakan pra kondisi yang sangat menjanjikan
untuk melakukan berbagai aktifitas bisnis di Sulawesi Selatan.
Dibalik optimisme tersebut,
masih ada sedikit pekerjaan rumah bagi semua warga SulSel, khususnya
Pemerintah. Yakni peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur seperti
jalan, pelabuhan, energi, kantong-kantong produksi, penataan kawasan ekonomi
terpadu (KIMA) dan pengembangan sistem supply
chain industry yang integratif. Aspek lain yang perlu mendapat perhatian
adalah sumber daya manusia (SDM), karena faktor ini merupakan elemen kunci.
Bagaimanapun juga “Man behind the gun” sangat menentukan proses dan output dari
seluruh mesin ekonomi yang ada. Hal berikutnya adalah waspadai juga pengaruh
kebijakan ekonomi nasional khususnya terkait dengan kenaikan tarif dasar
listrik (TDL), penyesuaian harga Elpiji dan kemungkinan naiknya harga BBM. Faktor
terakhir namun tak kalah pentingnya adalah kemampuan menjaga stabilitas
keamanan dan politik, khususnya terkait dengan Pemilihan Gubernur SulSel
Januari 2013. Jika keamanan dan politik chaos,
semua asumsi makro bisa berubah dan melorot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar