Kamis, 23 Agustus 2012

MOTOR MATIK MARKETING


Salah satu masalah masyarakat urban dan perkotaan adalah kendala transportasi, mulai dari angkutan umum yang tidak layak dan jumlahnya tidak memadai, kemacetan lalu lintas, kondisi jalan yang rusak, kurangnya rambu dan penerangan jalan, penggunaan badan jalan untuk pasar tradisional maupun PKL hingga kedisiplinan pengguna jalan yang rendah. Kontribusi dan kombinasi beberapa variabel tersebut menimbulkan keruwetan transportasi di sejumlah kota besar di Indonesia, termasuk kota Makassar. Untuk menyiasati situasi ini, kelompok masyarakat tertentu memilih menggunakan kendaraan pribadi baik motor maupun mobil. Dibanding mobil, motor memiliki lebih banyak keunggulan dalam kegiatan mobilitas sehari-hari. Misalnya, harganya lebih murah, konsumsi BBM lebih hemat, lincah dan dapat menerobos kemacematan dan mudah digunakan untuk melewati jalur-jalur alternatif. Alasan inilah yang menyebabkan banyak orang yang beralih menggunakan motor, baik pengguna angkutan umum maupun pemilik mobil pribadi, khususnya di kota-kota besar.

Tingginya minat masyarakat menggunakan motor terlihat secara jelas dari volume penyerapan pasar yang melampaui angka 600.000 unit per bulan selama beberapa tahun terakhir. Ukuran pasar sepeda motor yang besar tentu menjadi peluang yang menggiurkan bagi banyak pihak mulai dari produsen, ATPM, dealer, bengkel hingga lembaga pembiayaan. Varian sepeda motor yang banyak peminatnya adalah kategori motor bebek baik transmisi manual maupun matik (AT). Dulu motor matik ditujukan untuk menyasar pasar wanita, namun belakangan pasarnya berkembang dan memasuki segmen pria. Membesarnya segmen menyebabkan pasar motor matik makin seksi dan kompetitif. Dua nama besar yaitu Honda dan Yamaha saling salip dan adu strategi untuk bisa menjadi market leader dalam kelompok ini. Persaingan utama para pemain besar (Honda, Yamaha dan Suzuki) masih bertumpu pada produk dengan selalu melakukan berbagai inovasi baik kapasitas mesin, konsumsi bahan bakar, durabilitas, model / style, aksesories, pilihan warna maupun fitur-fitur penyerta. Pada basis produk, Honda kelihatannya cukup agresif dengan terus membanjiri pasar dengan beragam tipe dan model yang baru, tidak heran jika merek ini selama 2 tahun terakhir terus bertengger sebagai jawara motor bebek, khususnya kelas matik. Sementara Yamaha, meskipun terus berimprovisasi dengan sejumlah inovasi pada beberapa varian mereknya, posisinya tetap masih nomor dua dari Honda.

Dalam pasar dengan banyak produsen, kualitas produk menjadi sesuatu yang bersifat given. Kualitas mutlak melampaui standar rata-rata industri, mereka yang gagal akan ditinggalkan oleh konsumen. Karena kualitas sifatnya given, maka arena kompetisi sebaiknya digeser ke atribut pemasaran yang lain, misalnya harga, promosi maupun saluran distribusi atau jaringan service dan suku cadang. Harga terkait dengan biaya perolehan (harga motor baru), biaya pemeliharaan / operasional dan nilai jual kembali (reseller). Untuk memberi keringanan bagi calon konsumen, dealer bisa bekerja sama dengan berbagai lembaga pembiayaan sehingga dicapai skema kredit yang terjangkau. Untuk meningkatkan penetrasi merek, dealer dapat mendesain promosi melalui kegiatan sales promotion, diskon dan gimmick baik secara periodik maupun memanfaatkan event dan hari-hari besar nasional. Sebagian konsumen menyukai produk yang memberi diskon, sehingga relatif efektif untuk menggugah situasi emosional mereka dan membangkitkan willingness to buy-nya. Faktor lain yang patut menjadi perhatian adalah jaringan distribusi, terutama ketersediaan layanan suku cadang dan bengkel. Selain memperbanyak bengkel resmi, produsen / ATPM dapat menggandeng bengkel-bengkel tradisional dengan memberi training / sertifikasi sehingga kualitas layanannya menyerupai bengkel resmi. Dengan demikian, konsumen bisa memanfaatkan jaringan service yang luas dan mudah ditemukan diberbagai lokasi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar